Hari-hariku bersama Ray tidak menarik sama sekali. Kami jarang keluar bersama. Dia lebih sering bersama Arif atau bersama Zhio sepupunya yang baru datang dari London dan aku lebih sering bersama Sila. Di kampus kami seolah bukan sepasang kekasih. Dia hanya menghampiriku ketika ada perlu dan datang ke rumahku hanya untuk mengantar atau menjemputku dari kampus. Aku sangat frustasi. Sudah sebulan bersamanya tapi sama sekali tidak ada moment yang bisa aku kenang bersama Ray yang notabenenya adalah kekasihku.
“aarrrgghh . . . “ keluhku kesal pada diri sendiri.
“klik”suara seseorang membuka pintu kamarku. Aku mengacuhkannya. Masih ku sembunyikan wajah kusutku dibalik selimut tebalku.
“kenapa sayang.?” Tanya Mom menarik selimutku.
“oh Mom, aku kira siapa” jawabku malas.
“hari-hari ini Mom lihat kamu lesu, ga ada gairah. Apa ada masalah.?” Tanya Mom khawatir.
“ehem” jawabku menganggukan kepala.
“Ray.?” Tebak Mom.
Mungkin naluri seorang ibu kepada seorang anak sangat kuat sehingga Mom tau apa yang mengganggu pikiranku. Aku menceritakan apa yang aku alami sejak memutuskan menjalin hubungan dengan seorang Ray. Ku ceritakan kepada Mom betapa cueknya Ray, betapa dinginnya dia padaku. Bahkan setiap kali aku menelvon dia selalu saja ditinggal tidur. Ray bukan orang yang romantis. Sudah sebulan jadi pacarnya aku tidak pernah sekalipun di ajak kencan. Aku yakin hari dan tanggal jadian kamipun mungkin dia tidak ingat.
“aku harus gimana Mom.?” Tanyaku kepada Mom berharap ada saran yang bisa menenangkan aku.
Mom hanya tersenyum tipis melihat keresahanku. Tapi jawaban-jawaban yang diungkapkannya atas pertanyaan-pertanyaan bodoh yang aku ajukan membuatku senang dan lebih dewasa menerima sikap Ray.
“Sayang, seseorang yang mencintai kamu, mungkin tidak bisa mengingat kejadian/ kesempatan istimewa, seperti perayaan hari ulang tahunmu atau hari jadian kalian, tapi ia tahu bahwa setiap detik yang ia lalui, ia mencintai kamu, tidak peduli hari apakah hari ini” jelas Mom sambil membelai rambutku.
“Ray juga ga pernah ngomong dia menyukaiku, mencintaiku atau kata-kata manis yang pada umumnya sering di ucapkan cowo kepada pacarnya. Seingatku aku hanya mendengar sekali dia mengatakan menyukaiku ketika dia nembak aku Mom.!” keluhku.
Mom menjawab lagi dengan santainya “Seseorang yang benar-benar mencintai kamu, akan merasa bahwa sesuatu harus dikatakan sekali saja, karena ia berpikir bahwa kamu telah mengerti dirinya. Jika berkata terlalu banyak, ia akan merasa bahwa tidak ada yang akan membuatnya bahagia / tersenyum. Dia tidak mau berkata Aku mencintaimu dengan mudah, karena segalanya yang ia lakukan untuk kamu adalah untuk menunjukkan bahwa ia siap mencintaimu, tetapi hanya ia yang akan mengatakan kata “I LOVE U” pada situasi yang spesial, karena ia tidak mau kamu salah mengerti, dia mau kamu mengetahui bahwa ia mencintai dirimu”.
Aku tersenyum puas mendengar jawaban-jawaban Mom atas keluh kesahku. Mungkin sikap yang Ray tunjukan selama ini padaku karena dia benar-benar mencintaiku.
“apa salahnya kamu mengajak dia jalan duluan Lin, mungkin Ray takut menggangu acaramu jadi ga pernah ngajak kamu kencan” usul Mom.
“tapi Mom, gimana kalo dia nolak.?” Tanyaku.
“kamu ga akan pernah tau kalo kamu ga mencoba” jawab Mom memberikan ganggang telvon padaku berharap aku menelvon Ray.
“oke deh Mom”.
Dengan cepat aku pencet nomor rumah Ray yang sudah aku hafal sejak aku mendapatkan nomor itu dari Ray.
“tut . . . tut . . “ suara nada sambung terdengar beberapa kali di telingaku.
“halo” suara dari sebrang seorang cowo.
“seperti bukan suara Ray, suaranya agak kebule-bulean gitu” batinku.
“halo, bisa bicara dengan Ray.?” Pintaku.
“oh ya, please wait. Sory dengan siapa ini.?” Jawab cowo itu dengan logat bulenya.
“Karlina”
“Karlina.? You Ray girlfriend.?” Tanya cowo itu menggodaku.
“hehehe yes thats ringht” jawabku senang ray mengakuiku sebagai pacar.
“oke Karlin please wait”
Beberapa detik kemudian Ray menjawab telvonku.
“halo,ada apa Lin.?” Tanyanya.
“ada waktu ga.? Nonton yuk.?” Ajakku tanpa basa-basi.
“sekarang.?” Tanyanya lagi.
“iya, bisa ga.?” Aku balik bertanya harap-harap cemas dia menolak.
“oke, ntar aku jemput kamu 2 jam lagi” jawab Ray.
“oke” aku kegirangan senang dan menutup telvonnya.
Akhirnya setelah satu bulan lebih jadian kami berkencan juga. Aku mulai mengacak-acak isi lemariku mengabaikan Mom yang sedari tadi di kamarku menatap putrinya seperti orang gila.
“Lin, kalian Cuma nonton ga perlu seheboh itu, nanti malah Ray ilfil” ucap Mom.
“Mom, This is my first date. Karlin harus dandan secantik mungkin biar Ray ga nyesel jalan sama Karlin” kataku sambil masih mengacak-acak lemariku.
Mom datang menghampiriku mencoba membantuku memilih baju yang cocok aku kenakan. “gimana kalo yang ini aja Lin, Mami suka kalo kamu pake ini” menunjukkan baju kerut putih dengan bawahan model balon pendek coklat.
“ah iya Mom, aku juga suka pake itu” segera kusambar baju itu an buru-buru aku memanjakn diri di kamar mandi.
Mom hanya tersenyum melihat tingkahku, kemudian keluar dari kamarku meninggalkan aku dan kegilaanku.
2 jam kemudian aku telah siap dengan baju pilihan Mom dan dandanan natural ku. Tinggal menunggu sang pujaan hati menjemputku. Tak sabar aku menikmati film bersama Ray.
“Lin, ray udah dateng nih” teriak abangku Karlo memangilku.
“iya, bentar” segera aku keluar menghampiri Ray dan Karlo yang sudah menantiku di ruang tamu.
“hai” sapaku pada Ray ketika melihatnya menatapku. “Mom mana bang.?” Tanyaku pada Karlo.
“tadi ke rumah tante Lyla mau arisan katanya” jawabnya. “yaudah buruan sana jalan, hati-hati ya” pesan Karlo.
Setelah pamit dengan Karlo aku dan Ray beranjak dari ruang tamu menuju mobil Ray. Sepanjang jalan Ray senyum-seyum sambil sesekali melirik aku.
“kamu kenapa sih Ray.?” Tanyaku penasaran.
“gappa kok.” Jawabnya singkat.
“pasti ada apa-apa nih, aku aneh ya.? Jelek ya.?” Tanyaku memastikan.
“nggak kok, kamu cantik. Beneran” jawab Ray sambil membelai raambutku.
Aku tersenyum puas mendengar jawaban Ray. Ternyata dia bisa juga memuji pacarnya. Aku harap hari ini dia bisa romantis seperti cowo-cowo pada umumnya.
“uda sampai Lin, ayo turun” ajak Ray begitu kami sampai di parkiran mall tempat kami nonton.
“oh iya” segera aku lepas sabuk pengamanku dan keluar dari mobil mengikuti Ray.
Sepanjang jalan kami hanya diam. Kami memang berjalan beriringan tapi seolah berjalan sendiri. Ray benar-benar keterlaluan, mengabaikan cewe secantik aku di sampingnya. Dia tidak menyentuhku sedikitpun, setidaknya menggandengku kan, siapa tau aku hilang di mall, hehe.
“braakk . . “ aku menabrak sesuatu dan membuat baju putihku kotor karena es krim yang di pegang orang itu. “maaf-maaf ga sengaja” kata ku sambil mencoba berdiri lagi.
Ray berbalik dan mengulurkan tangannya mencoba membantuku berdiri kembali. Demikian juga cowo yang aku tabrak ga mau kalah. Aku mencoba meraih tangan Ray agar bisa berdiri tanpa melihat tangan siapa yang aku raih aku berdiri dan OMG aku salah tangan. Seketika wajahku memerah. Ray hanya diam melihatku tanpa sepatah katapun. Dia hanya melapas sweter yang dia kenakan dan memakaikannya padaku untuk menutupi bajuku yang kotor.
“eh sory ya aku tadi yang salah nabrak kamu” ucap cowo yang aku tabrak.
“gappa kok, akunya juga melamun di jalan, hehe” kataku sok akrab.
“kenalin aku Risqi, kamu.?” Dia memperkenalkan diri dan menjulurkan tangan menanti aku menjabat tangannya.
“Karlina” berusa tersenyum manis menjabat tangan Risqi.
Sekilas aku terpesona melihat sesosok Risqi. Dia termasuk kategori cowo tampan dan ramah. Gingsulnya memikat ku sejenak, tapi aku segera tersadar aku sudah punya Ray ketika aku mendengar suaranya.
“Lin, jalan yuk” ajak Ray menarik tanganku.
“kami duluan ya Ris, sampai jumpa” kataku berpamitan pada Risqi yang mematung melihat Ray menarik tanganku.
Aku dan Ray berjalan menuju bioskop, tanpa meminta persetujuanku Ray memilih filmnya. Film yang sama sekali aku tidak mengerti ceritanya. Sejak saat pertemuan kami dengan Risqi dia hanya diam. Tidak mempedulikan aku sedikitpun. Ntah menikmati filmnya atau memikirkan yang lain aku juga tidak mengerti. Dia terus terpaku menatap layar tanpa sepatah kata dan itu membuat aku gelisah hingga akhir film.
“Ray, kita mau kemana lagi.?” Tanyaku setalah kami keluar dari gedung bioskop.
“pulang” jawabnya singkat dan ketus.
Dia berjalan cepat meninggalkan aku yang kesulitan berjalan cepat dengan highheels. Aku sempat ingin menangis melihat sikap Ray begitu terhadapku di kencan pertama kami.
“Ray tunggu . . . !” teriakku hingga membuat orang-orang di sekitar kami memandangku penuh tanya.
Ray berhenti, tapi tidak berbalik menghampiriku. Dia hanya terdiam di depan pos parkir. Aku berjalan cepat menghampiri Ray. Mataku sudah berkaca-kaca siap menghujankan air mata.
“kamu kenapa sih Ray.? Aku punya salah apa sama kamu.?” Tanyaku sedikit emosi.
“kamu menangis.?” Tanya dia balik.
“kenapa hanya aku yang menangis.? Kenapa kamu ga sedih sedikitpun.? Hanya aku yang mencintaimu, kamu ga pernah peduli sama aku” air mataku mengalir deras mengiringi keluh kesahku. “kamu tidak benar-benar mencintaiku, tidak pernah mencintaiku sedikitpun, lalu kenapa kamu menjadikan aku kekasihmu.? Aku benar-benar ga tahan Ray, aku ini juga punya hati, aku bukan patung yang menerima apa aja perlakuan kamu” air mataku semakin deras, tangisku semakin menjadi hingga membuat orang-orang di sekelilingku menatap kami.
“maafkan aku, bukan seperti itu yang sebenarnya, aku mencintaimu. Sungguh.!” Kata Ray meyakinkan aku.
“apa yang membuat kamu mencintai aku.?” Tanyaku masih dengan suara bernada tinggi.
“aku mencintaimu tapi tidak bisa memberikan alasan mengapa aku mencintaimu. Aku hanya tahu, dimata ku, kamulah satu satunya” jawab Ray sambil megusap air mataku dengan tangannya. “maaf kan aku Lin aku tidak perhatian padamu, aku terlalu cuek, sebenarnya aku selalu ingin membuat kamu tersenyum dan tertawa hanya saja caraku mungkin membingungkanmu. Aku memang jarang memujimu tapi di dalam hati ku kamulah yang terbaik, cukup hanya aku yang tau itu Lin” ucap Ray mencoba menjelaskan.
“benarkah.?” Tanyaku ragu.
“iya” jawabnya sembari mengecup mesra keningku.
Betapa beruntungnya aku punya pacar seperti Ray. Dia memang bukan orang yang romantis bukan juga orang yang perhatian, tapi caranya memperlakukan aku telah menunjukan bahwa dia benar-benar mencintai aku. Terima kasih atas cintamu Ray aku akan selalu menunggu kalimat I LOVE YOU keluar dari bibir mu, bukan berdasarkan paksaan tapi tulus dari hati mu.
...............The end............