untuk cast detail drama ini silahkan kunjungi http://myls-koreanlover.blogspot.com/2012/07/cast-details-arang-and-magistrate.html
Pada
pertengahan era Joseon, keinginan manusia telah mencapai batasnya dan dunia
menjadi semakin hancur dan alampun hancur. Ditengah kekacauan ini, batasan
antara dunia nyata dan dunia lain telah roboh. Jadi, para hantu tinggal di
dunia ini dan berkeliaran dengan bebas. hantu-hantu dapat melihat manusia,
tetapi manusia tidak dapat melihatnya. kecuali hanya ada satu orang yang mampu
melihat hantu. Dia datang ke Miryang untuk mencari ibunya yang menghilang sejak
3 tahun yang lalu.
EPISODE
1
“Tuan
muda! Tuan muda!” suara Dol Swe si pelayan Eun Oh memanggil majikannya karena
ketakutan di tinggalkan tengah malam di hutan.
Dol
Swe : “tuan bagaimana bisa tidur pada saat aku sedang buang air besar? Karena
takut hantu menjambak rambutku, aku minta tuan membuat suara - suara sesekali.”
Dengan
mimik ketakutan sambil membetulkan celanany Dol Swe bergegas menyusul majikan
ny Eun Oh yg sedang bersantai-santai di atas batu besar.
Tapi Eun
Oh malah marah dan melempar tas nya pada Dol Swe dan memakiny “Hantu? Hantu
pantatku! Lupakan!” Eun Oh dengan cuek meninggalkan pelayannya yg masih
ketakutan.
Eun
Oh “Jadi, apakah aku harus minta maaf?” dengan nada tidak terimanya.
Dol
Swe pun hanya bisa pasrah dan mengingatkan Eun Oh akan pesan kakek Eun Oh.
Dol
Swe “Almarhum Kakekmu mengatakan bahwa tidak mengerjakan sesuatu karena ketidaktahuanmu
itu bukan salahmu.”
Eun
Oh pun membalas ucapan Dol Swe “Kenapa aku tidak tahu itu?”
Dol
Swe yg tidak mau kalah pun trs membalas perkataan majikannya itu "Maafkan
aku", "Terima kasih", "Aku mencintaimu", ketiga
kalimat itu kau tidak mengatakannya karena kau tidak mengenal perkataan itu.”
Eun
Oh yg mendengarnya tidak membantah kalo dia memang tidak mengenal kata-kata itu
“Tentu saja! Aku tidak mengenalnya, tidak sama sekali! Apa gunanya mempelajari
perkataan itu?”
Kemudian
dia mengibaskan kipasnya sambil mengeluhkan cuaca yg sepertinya akan hujan “Ah,
melihat cuaca seperti ini. Sepertinya akan hujan lebat.”
Di
sisi lain sesosok wanita cantik sedang berlari sendirian di tengah hutan sambil
marah-marah “kalian berani meninggalkan ku!?!”
Sambil
membenarkan ikatan rambutnya dia terus memaki orang “kalian pikir Dengan
pertolongan siapa kalian bisa bertahan sejauh ini?”
Dia
berlari melompati bebatuan dengan tampang marahnya “Matilah kau!”
Sedangkan
di sisi hutan yang lain terlihat para hantu pria berdatangan menyambut
segerombolan pejalan kaki yang lewat.
Seorang
dari hantu itu menyampaikan kekhawatirannya pada si ketua hantu “Tidakkah
menurutmu akan lebih baik jika Arang juga ada disini?”
Ketua
gerombolan hantu itu marah “Apa kau ingin membaginya dengannya?” kemudian
menendang si hantu pelapor itu dan bergegas menyusun rencana orang yang akan
diserang lebih dulu. “Ayo mulai.Tahan orang yang yang dibelakang dulu.”
2
orang paling belakang dari gerombolan orang lewat itu dirasuki oleh hantu-hantu
itu dan mereka merasa seperti tercekik. Si ketua lalu memberi aba-aba kepada
hantu yang lain “Kalian memegang yang lainnya.Aku akan menangani yang lain.”
Belum
sempat melaksanakan rencana yang dia buat sesosok wanita muncul. Ternyata dia
adalah wanita yang berlari di hutan tadi. Dia hantu yang di juluki “Arang!”
Si
ketua kaget melihat kedatangan Arang, dia mencoba merayu Arang yang terlihat
sangat marah karena di tinggalkan para hantu pria itu. “Kenapa kau terlambat?
Kita sudah menunggu lama” rayu si ketua hantu dengan senyum untuk
menyembunyikan tampang ketakutan.
Arang
yg masih belum reda amarahnya langsung menarik krah baju si hantu ketua itu dan
mencengkeramnya “Kau sialan! Beraninya mempermainkanku” langsung saja Arah
mengayunkan tinju nya ke wajah hantu itu dan langsung membuat hantu itu
terjatuh.
Hantu
yg lain mengerubungi si hantu yang terjatuh itu dan ketakutan ketika Arang
hendak meluncurkan tinjunya lagi.
Hantu
itu berdiri kembali dan marah pada Arang “Gadis ini! Kau, gadis yang tidak tahu
asal mulanya,aku mempertahankanmu dalam kelompokku...”
Belum
selesai hantu itu bicara Arang langsung menyela “Kau dan aku sama, berarti kita
semua tidak bisa mengambil makanan dari memorial [peringatan ritual orang
mati].”
Hantu
itu masih marah dan berniat membalas tinju Arang “Kau, gadis bandel, mati dua
kali hari ini!” dia hendak mendorong Arang dengan kepalany tapi arang berhasil
menghindar dan hantu itu malah menabrak pohon di belakang Arang dan mengaduh memgangi
kepalanya.
Tiba-tiba
suasana menjadi aneh, Arang mendongakkan kepalanya dan melihat jaring besar
hendak mengurungnya. Dia buru-buru menghidar “Sialan!”.
Saat
berlari menghindari jaring itu dia malah tersandung kaki hantu yang terjatuh
sehingga dia pun ikut terjatuh. Beberapa hantu terjebak dalam jaring itu.
Kemudian muncul 4 sosok pria berpakaian gelap yang ternyata adalah pemburu
hantu.
Arang
bergegas berlari menghindari para pemburu hantu itu. Salah seorang dari pemburu
hantu itu yang sepertinya adalah jendral bernama Moo Young berlari mengejar
Arang. Sementara pemburu hantu yang lain, Mereka dengan sigap menangkap
hantu-hantu itu yang mencoba melarikan diri. Si ketua hantu berlari menjauh
namun tetap berhasil ditangakap oleh seorang pemburu hantu dan diikat lehernya.
Kembali
ke Eun Oh dan pelayang nya Dol Swe di sisi lain hutan.
Dol
Swe berjalan dengan langkah ketakutan sambil sesekali melihat kanan kiri takut
kalau-kalau ada hantu mengganggu, sementara Eun Oh berjalan santai mengikuti
Dol Swe yang ketakutan. Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan. Eun Oh yang
menyadari suara itu langsung berbalik badan, dan Dol Swe berlari menuju
majikannya sambil menahan rasa takut “Ap... ap... apa ini?” tanya dol Swe
gugup.
Dengan
santai Eun Oh menjawab “Bukan apa - apa.” Kemudian mengibarkan kipasnya sambil
mengeluhkan cuaca lagi “Ehh. Ini sangat panas.”
Dol
swe masih dengan ketakutannya mengikuti tuan muda nya dari belakang dengan
terus memegangi tas tuan nya “Bagaimanapun, setiap kali kita melintas pegunungan
ini, rasanya sangat seram. Apakah kau yakin Milyang adalah tempat dimana kau
terakhir kali bertemu ibumu? Jika itu hanyalah isu, aku berharap kita tidak
perlu pergi ke kota yang menyeramkan ini.” Kata Dol swe meragukan keberadaan
ibu Eun Oh karena ketakutannya.
“mengapa
menyeramkan?” tanya Eun Oh santai.
“Karena
kota ini sudah hampir hancur, orang - orang bilang ada banyak arwah gentayangan
di kota itu!” jelas Dol Swe pada Eun Oh yang sepertinya tidak percaya.
Tapi
Eun Oh malah tidak percaya pada Dol Swe “Arwah? pantatku.” Celetuk Eun Oh.
Dol
Swe mencoba menjelaskan lagi tentang kota yang menurutnya menyeramkan.
Dol
Swe “Kenapa tidak?! Ada beberapa hakim yang meninggal di malam pertamanya sejak
ditempatkan pada posisinya. Bahkan jika kita hidup dengan sengsara,dunia ini
adalah jauh lebih baik.”
Tapi
Eun Oh tetap tidak percaya dan memukul kepala Dol Swe dengan kipas nya “Eh-heh!
Kau idiot!”. Dia meyakinkan pelayannya itu
“Tidak ada yang namanya hantu di dunia ini.”
Dol
Swe pun pasrah.
Arang
masih berlari menghindari kejaran moo Young si pemburu hantu. Dia berlari
sekencang mungkin. Sepertinya menuju ke arah Eun Oh dan Dol Swe berada.
Lagi-lagi
Eun Oh mendengar suara dari semak. Dia langsung membalikkan badan melihat Dol
Swe yang masih setia dengan ketakutannya.
Dol
Swe langsung membelalakkan matanya pada tuannya “Apa lagi ini?”
Eun
Oh mencoba menakut-nakuti Dol Swe yang memang sudah sangat ketakutan “Dibelakangmu....
Hantu gadis perawan!” dengan menunjuk-nunjuk belakang Dol Swe menggunakan
kipasnya.
Dol
Swe langsung berteriak memanggil ibunya dan berlutut ke tanah. Eun Oh tertawa
puas karena berhasil mengerjai Dol Swe.
Dol
Swe yang merasa dikerjai oleh tuannya bangun dan melihat ke belakang sambil
marah karena tidak mendapati sosok hantu yang ditakutinya. “Apa ini?”
Eun
oh mengejek Dol Swe yang penakut “badan mu ini sebesar gunung,tetapi
ketakutannya setengah mati. Oleh karena itu aku bilang padamu untuk mengecilkan
matamu. Matamu terlalu besar sehingga ketakutanmu juga berlebih...” Eun Oh
tidak melanjutkan kalimatnya karena melihat sesosok gadis berlari ke arahnya.
Gadis itu adalah Arang yang di kejar oleh Moo Young. Semakin mendekat Arang dan
Eun Oh hanya bisa terpaku melihat Arang mendekatinya.
Namun
Eun Oh menutup matanya dan pura-pura tidak melihat apapun, bahkan ketika
tongkat Moo young melewati wajahnya dan mengenai punggung Arang hingga Arang
terjatuh ke tanah. Dia hanya menatap heran pada kejadian yang hanya di lihatnya
seorang. Sampai akhirnya dia hanya pergi meninggalkan Arang dan Moo Young
dengan cuek seperti pura-pura tidak melihat.
Arang
yang sudah hampir tertangkap memaki Moo Young “Bagaimana bisa Jenderal Malaikat
Maut menjadi pemburu hantu rendahan?! Setidaknya, kau kehilangan diriku di
sungai Hades!”
Moo
Young menjawab dengan bijak “Aku tahu. Balas dendam pribadi itu dilarang
berdasarkan hukum Kaisar Jade. Dosamu adalah menghasut arwah dan membalas
dendam mereka. Dan setelah menyebabkan kekacauan di dunia ini, hukumanmu
tidaklah ringan.”
Mendengar
itu Arang malah memaki Kaisar Jade sambil mencoba bangun. “Hukum Kaisar Jade,
pantatku. Orang yang haus harus menggali sumur,itulah hukum yang ada. Jika kau
tidak menyukainya,galilah untuk kita.”
Moo
Young hanya diam dan mengeluarkan tali merah yang biasa digunakan untuk
mengikat arwah para hantu. Demikian juga dengan Arang yang mencoba mengeluarkan
sesuatu dari dalam bajunya.
Arang
“Kau suka bunga persik, kan?” kemudian dia melempar bunga persik ke arah Moo
young dan membuat tangan Moo young tergores bunga persik dan teluka. Rupanya
Moo Young bisa terluka karena bunga persik.
Moo
young marah karena kehilangan Arang. Sehingga dia berterak memanggil nama
Arang. Teriakannya cukup keras hingga membuat Eun Oh mendengarnya.
Eun
Oh merasa terganggu dan sedikit kesal, namun tiba-tiba hujan turun dan itu
membuatnya tambah kesal “Apa ini?”
Eun
Oh dan Dol Swe bergegas berlari mencari tempat berteduh.
Dol
Swe berlari sambil memanggil-manggil tuannya karena takut ditinggalkan “Tuan,
kau dimana? Tuan! Tuan! Tu....an! Dimana?”
Sampai
akhirnya mereka menemukan gubug kayu kecil di tengah hutan. Mereka pun masuk ke
dalamnya untuk berteduh. Eun Oh langsung melempar topinya karena basah dan Dol
Swe malah mengutuk langit karena hujan tiba-tiba “Aigoo. Aigoo. Langit bodoh!
Tidak heran kalau sering buang angin terus!”
Keadaan
yang tidak memungkinkan mebuat mereka memutuskan untuk bermalam di gubug itu.
Sementara
itu Arang berhasil menghindari kejaran Moo Young dan berlari di bawah hujan.
Dia berhenti berlari dan mendongakkan kepala (sepertinya mengutuk kaisar
langit) “Sialan orang itu. Kau pikir kau begitu berkuasa?!”
Di
alam lain (re : Surga) Cheon Joon (kaisar langit) dan Yeom Na (raja neraka)
sedang bermain Janggi (catur tradisional Korea).
Si
kaisar langit yang merasa mendengar teriakan Arang langsung mengeluh dan
mengorek-orek kupingnya “Sepertinya ada seseorang sedang membicarakan aku.”
Kemudian dia beralih melihat raja neraka yg hanya diam menatap papan Jangginya
“Apa yang kau pikirkan dengan seserius itu?”.
Beberapa
saat kemudian datang sesosok pelayan surga cantik membawakan minum untuk kaisar
langit dan raja neraka. Kaisar langit menyambutnya dengan senyum yang manis.
Raja neraka melihatnya sekilas kemudian melanjutkan permainannya. Dia
meletakkan biji janggi pada tempat yg ditujunya kemudian tertawa puas merasa
menang “Ini sudah selesai! Aku benar - benar menang kali ini.”
Tapi
kaisar langit tidak mempedulikannya dan malah merayu si pelayan surga itu “Sepertinya
perasaanmu sedang baik hari ini. Gaya rambut barumu sangat cantik.”
Si
pelayan sepertinya merasa kecewa kaisar baru menyadari penampilannya dan
berkata “Kemarin gayanya seperti ini, hari sebelumnya juga,dan hari sebelumnya
juga begini.Aku sudah memakai gaya ini sejak 1000 tahun yang lalu.”
Kaisar
langit merasa canggung karena slah “Benarkah?”
Si
pelayan meninggalkan mereka dan kaisar langit menggerutu.
Raja
neraka yang merasa tidak diperhatikan langsung mengomel “Apa yang sedang kau
lakukan?Mainkan segera!”
Raja
neraka yang sudah merasa percaya diri dia menang menggoda kaisar langit “ Taruh
saja dimana kau suka. Bagaimanapun juga kau sudah kalah.”
Kaisar
langit terlihat pasrah, namun ketika dia meletakkan biji jangginya di tempat yg
terlihat kosong, Raja neraka kaget dan geram. Dia menyadari kalau dia telah
dikalahkan oleh kaisar langit. Kaisar langit merasa bersalah dan meninggalkan
Raja Neraka dengan beralasan “Maafkan aku, Penguasa Neraka. Aku benar - benar
tidak ingin memenangkan permainan ini. Aku bertanya - tanya, apakah Moo Yeong
telah berhasil menangkap anak itu?”
Cheon
Joon berlajaln menuju taman yang sangat indah, mungkin taman surga. Dia
berbicara dengan seekor kambing putih “Kau tahu, aku benar - benar tidak
berencana untuk menang. Benar? Tetapi dia terlalu memperhitungkan segala
sesuatunya dengan berlebihan. Ada banyak hal yang tidak dapat kita perhitungkan
di dunia ini. Bukan begitu?” kemudian dia menyirami bunga di punggung kambing
putih itu.
Sementara
itu di bumi, terlihat Eun Oh di depan api unggun sedang merenung. Dia mengingat
saat-saat ibunya mengusirnya untuk mengikuti ayahnya. Dia terlihat sangat sedih.
Sejak saat itu lah dia kehilangan ibunya.
Namun
lamunannya itu dibuyarkan oleh suara langkah kaki yang menuju ke gubug tempat
dia berteduh. Rupanya itu adalah Arang. Arang yang berpayung daun talas masuk
ke gubung menembus pintu dan mengabaikan Eun Oh karena dia merasa Eun Oh tidak
melihat sosoknya. Arang segera duduk ketika melihat api unggun yang dibuat Eun
Oh.
Arang
“Semuanya basah.” Dia hendak melepas baju yang dikenakan sambil mengomel.
Eun
Oh yang melihatnya pura-pura tidak melihat dan memalingkan mukanya. “Apa ini?
Apa yang sedang dia lakukan?”
Arang
tidak mempedulikan Eun Oh dan terus mengomel sambil mencoba melepas pakaiannya
“Aku pikir aku tidak akan kebasahan karena aku seorang hantu. Selain
kedinginan, ini semua sama saja dengan menjadi seorang manusia.”
Saat
Arang hampir melepas baju atasannya Eun Oh sangat kaget “Hei, hei, hei!Apa yang
sedang dia lakukan?”
Kedua
mata mereka bertemu, Arang merasa Eun Oh melihatnya sehingga dia kembali
memakai bajunya.
Arang
penasaran dan terus mengganggu Eun Oh “dia tidak bisa melihatku bukan?”
Sedangkan
dalam hati Eun Oh mencoba meyakinkan kalo dia tidak melihat Arang, dia menahan
pandangannya agar Arang tidak curiga.
Namun
karena rasa penasaran Arang, dia terus menggaggu dan bertanya pada Eun Oh ”Aku
yakin tadi pandangan kita saling bertatapan, Hei! Pelancong? Apakah kau bisa
melihatku?”
Eun
Oh terus meyakinkan dalam hati dia tidak melihat Arang.
Sampai
akhirnya Arang mencoba menempelkan tangan dinginnya pada pipi Eun Oh agar Eun
Oh mengaku kalau melihatnya, namun itu tidak berhasil karena Eun Oh sekuat
tenaga menahannya.
Ketika
hendak meniup wajah Eun Oh arang di kagetkan oleh suara dengkuran Dol Swe.
“Ugh! Ribut sekali” kemudian dengan santai Arang duduk di atas perut Dol Swe
agar tidak mendengkur lagi. Dia juga meyakinkan diri kalau Eun Oh tidak mungkin
melihat nya. “Benar begitu. Tidak mungkin dia bisa melihatku. Dia tidak
kelihatannya seperti seorang cenayang.”
Eun
Oh sedikit lega karena Arang percaya dia tidak melihat nya “Benar itu! Berapa
kali aku bilang padamukalau aku tidak bisa melihatmu!” batinnya dalam hati.
Tapi
Arang tetap saja bertanya dan berbicara pada Eun Oh “Masa lalu seperti apa yang
kau miliki sehinggakau harus melintasi pegunungan yang rawantengah malam
begini?”
Eun
Oh menahan diri dan berucap dalam hati kalo dia tidak mendengarnya walaupun
sebenarnya mendengar.
Walau
begitu Arang tetap bercerita tentang kisahnya “apapun masalahnya. Pasti tidak
seburuk masalahku. Karena ini sedang hujan juga... Maukah kau mendengarkan
ceritaku?” tanya Arang berharap Eun Oh menjwab.
Dalam
hati Eun Oh menolak mendengarkan karena keberadaan Arang sepertinya
mengganggunya.
Arang
tetap saja melanjutkan cerita nya yg sangat tidak ingin di dengar oleh Eun Oh “Kau
tahu... Aku... Ini sangat konyol. Saat aku membuka mata pada suatu hari, aku
sedang berjalan mengikuti malaikat kematian. Ini sangat konyol. Tetapi sesuatu
terasa ganjil. Tidak peduli betapa keras aku berusaha mengingatakan hal itu,
aku tidak bisa ingat siapakah diriku. Aku tidak tahu namaku. Aku juga tidak
tahu kenapa aku mati. Apakah itu masuk akal? Siapakah menurutmu aku ini? Akan
sangat baik bila kau bisa melihatku. Jadi aku bisa minta tolong padamu.”
Eun
Oh yang merasa malas mendengarkan cerita Arang pura-pura mengantuk dan bersiap
tidur. Arang yang merasa belum puas bercerita kecewa melihat Eun Oh yang
berniat tidur. Eun Oh tidak mempedulikan Arang dan enggan mendengar cerita
Arang.
Eun
Oh “Bla! Bla! Bla! Pasti dia mati karenadia tidak bisa berbicara.”
Eun
Oh mengusirnya dalam hati tapi Arang malah ikut berbaring tidur di samping Eun
Oh, tentu saja Eun Oh sangat terganggu apalagi tangan Arang yang dingin
mengenai tubuhnya. Eun Oh tertidur membelakangi arang sampai pagi.
Dia
terbangun dan tidak mendapati Arang di sampingnya. Kemudian dia membangunkan
Dol Swe dan melanjutkan kembali perjalanannya mencari ibunya.
Kini
mereka telah sampai di sebuah kota kecil bernama Milyang.
Di
sana mereka melihat seorang pejabat besar (Tuan Choi) melewati warga. Dan semua
warga diminta memberi jalan dan menundukkan kepala memberi hormat. Dan para
gadis-gadis berkumpul melihat pesona seorang tuan muda tampan (Joo Hwal)
berkuda dengan muka sinisnya itu.
Eun
Oh bertanya kepada Dol Swe “Siapakah itu?”
Dol
Swe “Orang yang menggenggam Milyang dengan tangannya, Tuan Choi. Aku rasa dia
diturunkan jabatannya dan datang kemari, karena tidak ada hakim di kota
ini,maka dia jugalah yang menjabat sebagai hakim. Tidak, disini dia adalah
Raja.”
Eun
Oh heran “Raja?”
Dol
Swe melanjutkan penjelasannya “Oleh karena itulah mereka berkata, para kelinciberpura
- pura menjadi Raja saat harimausedang pergi.”
Eun
Oh hanya tersenyum sinis meremehkan. Saat pandangannya menuju depan dia
tertegun melihat segerombol hantu juga ikut menyambut Tuan Choi, namun tidak
dipedulikannya.
Ditengah-tengah
keramaian tiba-tiba muncul seorang pria paruh baya mengahdap dan berlutut pada
Tuan Choi sambil menangis memohon “Tuan! Dengarkanlah ceritaku. Aku punya Ibu
berumur 80 tahun yang juga sudah pikun. Jika aku pergi ke kamp kerja
paksa,tidak seorangpun yang akan merawatnya. Jika kau mengijinkan aku untuk
keluar dari kamp kerja paksa, aku akan melakukan segala sesuatu untukmu. Secara
hukum, mereka bilang aku bisadiberi pengecualian.”
Namun
Tuan Choi malah menendang dan menyuruh anak buahnya memukuli pria itu.
Dol
Swe merasa iba melihat pria itu berharap ada yg menyelamatkannya. Namun Eun Oh
tidak mau ikut campur masalah kekerasan.
Eun
Oh “Dol Swe, Kau tahu bukan? Saat aku melihat kekerasan....”
Dol
Swe menyela ucapan tuan mudanya “Biarkan saja, begitu bukan? Aku tahu itu. Aku
tahu itu dengan baik.
Eun
Oh kemudian mengajak Dol Swe pergi meninggalkan kerumunan orang-orang itu. “Ayo
pergi!”
Si
pria itu tidak putus asa dipukuli, di malah memohon pada Joo hwal anak Tuan
Choi “Tuan muda, tolong bantu aku. Ibuku tidak akan bisa hidup sendirian. Tolong
selamatkan aku! Tuan muda!”
Seorang
pengawal hendak memukul pria itu tapi Joo Hwal menghentikannya dan menyuruh
pria itu pergi. Ayahnya marah dan menyuruhnya cepat meninggalkan pria itu.
Sepanjang
jalan Dol Swe mengeluhkan perbuatan Tuan Choi yang menyiksa rakyat dengan
membangun rumah di sungai, tapi Eun Oh seperti enggan mengomentari. Dia tidak
peduli masalah orang.
Eun
Oh ”Bahkan jika aku menjadi tertarik padamasalah itu, itu tidak akan ada
gunanya juga.”
Eun
Oh merasa tidak tenang berjalan setelah melihat para hantu tadi, dia menyuruh
Dol Swe berjalan duluan dan menghilang meninggalkan Dol Swe mencoba menghindari
para hantu.
Dol
Swe yang menyadari tuan mudanya meninggalkannya hanya bisa bingung.
Eun
Oh berjalan cepat menghindari para hatu tapi tetap saja bisa diikuti.
Eun
oh “Kenapa kau mengikutiku?”
Hantu
tua mendekati Eun Oh “Menurut gosip yang beredar, tuan muda bisa melihat kami.”
Eun
Oh yg jelas-jelas melihat mereka malah mengelak “Aku tidak bisa melihat
kalian.”
Hantu
tua “Tuan muda, aku mempunyai seorang anak perempuan, tetapi dia pikir orang
yang membunuhayahnya adalah seorang pahlawan. Apakah kau akan membiarkannya
menikahilaki - laki itu? Tolonglah.”
Walaupun
mendengar kisah hantu tua itu Eun Oh tetap tidak mau membantu “Itu bukan
urusanku.”
Kemudian
para hantu itu menghilang setelah Eun Oh pergi.
Dari
atas atap Arang melihat kalau Eun Oh bisa melihat hantu “Lihat itu. Dia bisa
melihat. Mencoba mengelabui seorang hantu?” kata Arang merasa dibohongi.
Eun
Oh mendatangi seorang wanita.
Si wanita
“Ah ya, aku ingat sekarang! Dia bukan seseorang yang aku kenal bukan? Hari itu,
aku tidak sengaja berjumpa dengannyapada saat aku sedang pergi ke gunung itu. Karena
penginapan semua penuh kaum pria,aku biarkan dia tinggal denganku semalam.” Bibi
itu mencoba menjelaskan pertemuannya dengan ibu Eun Oh.
Eun Oh
menyimak dengan cemas kemudian bertanya “Apakah dia bilang kemana dia akan
pergi?”
Bibi “Tidak
sepatah katapun? Dia hanya membayar banyak untuk uang sewanya.”
Eun
Oh merasa kecewa karena gagal mendapat kan informasi tentang keberadaan ibunya.
Bibi itu kemudian masuk meninggalkan Eun Oh dengan kekecewaannya.
Beberapa
saat kemudian Eun Oh merasakan keberadaan Arang yg hendak mengikuti bibi itu,
dia segera menarik tangan Arang.
Arang
kaget Eun Oh memegangnya “Kau bisa memegang tanganku? Kau tidak hanya bisa
melihat, memegang dan memukulku, kau jugabisa melakukan hal itu? Wow!” Arang
terheran-heran mengetahui kekuatan Eun Oh.
Eun
Oh marah dan melepaskan tangan Arang “Kemarin, kau... Siapakah kau ini? Mengapa
kau membuntutiku?”
Arang
mengabaikan pertanyaan Eun Oh dan balik bertanya sambil menggoda Eun Oh “Kau
kehilangan siapa? Seorang wanita?”
Eun Oh
marah dan meminta Arang untuk jangan mengikutinya.
Tapi Arang
malah menebak siapa yang dicari Eun Oh “Ah, siapa? Ibumu? Aku benar bukan? Itu
benar!”
Eun
Oh langsung membalikkan badannya karenan mendengar tebakan Arang benar.
Arang
mendekati Eun Oh dan menunjuk wajah Eun Oh “Yap, aku bisa menebaknya hanya
dengan menatap wajahmu, itu tertulis di raut
mukamu:"Aku-kehilangan-ibu-ku".”
Eun
Oh marah dan mendekati Arang “Apa kau mau mati?”
Arang
sedikit merasa bersalah Eun Oh marah “Kenapa kau jadi marah? Dan lagi, aku
sudah mati.”
Eun
Oh hanya tersenyum sinis dan pergi meninggalkan Arang.
Arang
mengejar Eun Oh dan terus mengajaknya bicara “Oh, kau pergi begitu saja? Aku
bilang, apakah kau pergi begitu saja?
Sambil
mengipas-kipaskan kipasnya itu Eun Oh enggan meladeni Arang “Aku tidak mau
berbicara dengan hantu rendahan seperti dirimu.”
Arang
terus saja mengikuti Eun Oh dan bicara walaupun diabaikan “Semalam, kenapa kau
berlagak seolahkau tidak melihatku?”
Eun
Oh “Aku tidak melihatmu.”
Arang
mencoba mengerti keadaan Eun Oh “Pasti ada banyak arwah seperti diriku. Lakukan
ini untukku, dan itu untukku,menyebalkan bukan?”
Eun
Oh kembali mengusir Arang “Jika kau tahu itu, pergilah!” dia mempercepat
langkahnya
Tapi Arang
seolah tak mau tau, dia terus saja mengikuti Eun Oh dan menggodanya “Bagaimana
aku bisa pergi? Tak peduli apa, kita sudah berada dalamsuatu hubungan yang
sudah tidur bersama.”
Eun Oh
yang mendengarnya langsung kaget dan menoleh ke Arang “Apa kau gila? Apa yang
sedang kau bicarakan, bahwakita memiliki hubungan seperti itu?”
Dengan
santai dan nada menggoda Arang menjawab “Semalam, kita tidur bersama. Apakah
kita perlu mendirikan "tembok
raksasa"untuk bisa mengatakan bahwa kita tidur bersama?
Eun Oh
langsung kaget dan gugup sambil memgang kepalanya “Tem... bok raksasa!”
To be
continue . . . .
0 komentar:
Posting Komentar